What’s on May, 20th

Namun selain hari kebangkitan
nasional, masih ingatkah anda dengan tragedi Mei 1998? Banyak yang mengatakan
bahwa di hari itu merupakan tonggak reformasi bagi Indonesia, mengapa demikian?
Baiklah mari kita flashback sebentar
dengan tragedi yang terjadi di bulan Mei 1998. Pada bulan ini penuh dengan
kejadian yang penuh kerusuhan yang sebenarnya ungkapan kekecewaan masyarakat
pada pemerintahan saat itu. Hal ini dimulai karena terpilihnya kembali Soeharto
sebagai Presiden RI pada siding Umum MPR pada Maret 1998 dan Kabinet
Pembangunan VII yang dibentuknya dianggap penuh dengan ciri KKN (Korupsi,
Kolusi dan Nepotisme). Terjadinya krisis moneter juga mendorong para mahasiswa
dari berbagai daerah bergerak menggelar demonstrasi sebagai aksi keprihatinan
yang menuntut penurunan harga barang – barang kebutuhan (sembako), penghapusan
KKN dan mundurnya Soeharto dari kursi kepresidenan.
Tanggal 12 Mei 1998, dalam aksi
unjuk rasa mahasiswa Universitas Trisakti Jakarta telah terjadi bentrokan denan
aparat yang menyebabkan empat orang mahasiswa yaitu Elang Mulia Lesmana, Hery
Hartanto, Hafidhin A. Royan dan Hendriawan Sie tertembak hingga tewas dan
puluhan mahasiswa lainnya mengalami luka-luka. Kematian empat mahasiswa
tersebut mengobarkan semangat para mahasiswa dan kalangan kampus untuk
menggelah demonstrasi secara besar-besaran. tragedi ini diikuti dengan
peristiwa anarkis di Ibukota dan di beberapa kota lainnya pada tanggal 13—14
Mei 1998, yang menimbulkan banyak korban baik jiwa maupun material.
Pada sore hari tanggal 18 Mei
1998, kontingen para ketua lembaga formal kemahasiswaan Jakarta yang tergabung
di Forum Komunikasi Senat Mahasiswa Jakarta (FKSMJ) berhasil menemui pimpinan
dewan bersama komponen-komponen aksi lain, dan mendapatkan pernyataan dari
ketua DPR/MPR RI saat itu, Harmoko, yang menyerukan pengunduran diri Soeharto.
Mulai Selasa, 19 Mei pagi,
secara bergelombang, berdatangan ribuan massa mahasiswa dari kampus-kampus yang
para ketuanya telah terlebih dahulu bermalam di gedung DPR/MPR RI di hari
sebelumnya. Sampai saat itu, sebagai koordinator lapangan yang ditunjuk, Heru
Cokro bertugas untuk mengkoordinir seluruh massa yang hadir dari masing-masing
kampus agar sesuai arahan kolektif dari kontingen FKSMJ dan koordinator aksi
(Henri Basel).
Tapi dalam prosesnya, ternyata
banyak massa mahasiswa yang berdatangan bukan merupakan konstituen dari FKSMJ.
Massa ini juga menolak beraksi di bawah bendera dan arahan kolektif FKSMJ, yang
akhirnya berujung pada kecurigaan antar kelompok massa, kekacauan koordinasi
dan praktis tidak adanya kerjasama aksi antara satu kelompok dengan kelompok
massa lainnya di lapangan. Dan pada tanggal 19 Mei 1998, Harmoko sebagai
pimpinan MPR/DPR mengeluarkan pernyataan yang berisi anjuran agar Presiden
Soeharto mengundurkan diri.
Pada tanggal 20 Mei tersebut,
aksi berjalan meriah. Banyak tokoh nasional yang hadir di gedung DPR/MPR RI dan
bergiliran memberikan orasi ke massa. Kesemarakan ini pun makin besar, apalagi
setelah dipastikan, demonstrasi di lapangan Monas dibatalkan.
Di saat yang sama, koordinasi
kembali kacau. Sebagai contoh, sekelompok mahasiswa tanpa koordinasi
merobek-robek kertas (disinyalemen kertas tersebut arsip sekretariat DPR/MPR RI)
dan melemparkannya ke arah massa. Sementara, di lain sisi, ratusan mahasiswa
mulai duduk-duduk dan berdiri di atas kubah gedung paripurna DPR/MPR RI.
Puncaknya pada tanggal 21 Mei
1998 pukul 10.00 WIB di Istana Negara, Presiden Soehato menyatakan pengunduran
dirinya setelah 32 tahun memimpin Republik Indonesia ini di hadapan beberapa
anggota Mahkamah Agung. Rangkaian peristiwa ini merupakan kebangkitan bangsa
Indonesia dalam memasuki era reformasi dengan kebebasan berpolitik, penyampaian pendapat dan kebebasan
pers sehingga banyak informasi yang dapat kita dapatkan dari berbagai bentuk
media seperti ini.
Pada tanggal 20 Mei 2015 ini
juga beredar kabar akan ada aksi unjuk rasa besar-besaran. Seperti yang ditulis
Ray Jordan di detikNews pada senin (18/05), kabar yang menyebar lewat broadcast
message dan media sosial itu mengusung isu yang menyeramkan. Kabarnya gerakan
20 Mei akan menurunkan Presiden Joko Widodo. Informasi akan adanya demo
besar-besaran tersebut dilontarkan oleh Badrodin Haiti ketika berada di Lanud
El Tari, Kupang, NTT.
Mendengar beberapa elemen dan
organisasi mahasiswa rencananya akan turun ke jalan untuk menggulingkan
pemerintahan Jokowi yang dinilai telah keluar dari Nawacitanya, Presiden Jokowi
langsung bergerak cepat untuk mengundang organisasi mahasiswa ke Istana Negara
Senin (17/5/2015) malam. Pertemuan yang dilaksanakan Senin (18/5/2015),
disinyalir untuk "meredam" rencana aksi besar-besaran yang akan
dilaksanakan pada 20 Mei 2015.
Selain sebagai peringatan atas
gerakan reformasi, aksi tersebut juga untuk menyerukan tuntutan perbaikan dalam
pemerintahan saat ini. Seperti yang diungkapan Ketua Umum Pengurus Besar
Himpunan Mahasiswa Islam M Arief Rosyid Hasan di KOMPAS.com terdapat tiga hal
utama yang akan diangkat dalam aksi unjuk rasa yakni terkait politik, ekonomi,
dan pemuda. Di bidang politik, Rosyid menyatakan HMI akan menyerukan soal
adanya "penumpang gelap" di sekeliling Jokowi.
Seperti yang diungkapkan Ketua
Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Indonesia (UI) Andi Aulia Rahman
oleh BeritaPrima, Jakarta (19/05) Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM)
Universitas Indonesia (UI) Andi Aulia Rahman. Berbeda pada era reformasi,
pergerakan mahasiswa berhasil karena sudah menggulingkan sebuah rezim. Namun,
unjuk rasa mahasiswa kali ini akan ditujukan untuk menyadarkan pemerintah
tentang masalah yang dihadapi bangsa saat ini dan masa depan. dengan pergerakan
tahun ’98 dan ’66. Kami tidak ingin gerakan mahasiswa selalu dikaitkan dengan
turunnya rezim. Kami ingin membangunkan Presiden tentang persoalan di depan
mata.
Menyikapi hal tersebut kita
mahasiswa sebagai pemuda yang mengemban tugas sebagai agen perubahan sudah
semestinya mempunyai antusias yang besar untuk mengubah Indonesia untuk menjadi
lebih baik dan maju. Karena memang pemuda adalah aset bangsa yang terpenting
untuk memajukan bangsa. Semangat kebangkitan nasional harus dipupuk mulai dari
sekarang. Essensial dari kebangkitan nasional yakni adanya sesuatu yang bangkit
dan timbul, yang dulunya belum tercapai. bagaimana kita mengeksplorasi diri
kita sebaik-baiknya dengan tujuan yang baik, saaatnya konsepsi ulang atau
menilai kembali kehidupan nasional, segala aspek kehidupan sosial, ekonomi,
politik, dan budaya.
Mahasiswa bukanlah sekedar siswa
biasa yang hanya mengejar IP belaka. Mahasiswa sejatinya dituntut mampu
berfikir cerdas dan dapat menawarkan idenya baik ide kritis maupun kreatif
untuk berkontribusi kepada bangsa dan masyarakat. Mahasiswa adalah model of
role, sosok teladan, selain sebagai intelektual muda, mahasiswa juga di tuntut
mampu menunjukkan sikap yang selalu berasakan norma sekaligus menjunjung tinggi
toleransi dan menunjukkan sikap peka terhadap lingkungan, baik itu dalam
menyikapi persoalan budaya, moral dll. Mahasiswa merupakan bagian dari calon
pemimpin bangsa yang digadang-gadang mampu memberikan spirit perubahan dan
kemakmuran bagi masyarakat di era yang akan datang.
Sebagai mahasiswa jangan hanya
menikmati tidur pulas di kosan setiap harinya. Karena hari kebangkitan nasional
adalah awal dari pergerakan secara intelektual, dan mengedepankan nilai
rasionalitas. Oleh sebab itu pergerakan yang sudah dimulai seratus tujuh tahun
yang lalu hendaknya diteruskan oleh mahasiswa yang notabene adalah salah satu
kaum intelektual dalam upaya pembangunan. Kekritisan harus tetap dikembangkan
sebagai bukti real mahasiswa yang berfungsi sebagai agent of control.
Kebangkitan nasional jangan
hanya diperingati dengan berbagai acara seremonial melulu, melainkan dapat
diupayakan dengan pembentukan suatu media bagi emansipasi diri dan bangsa.
Saran yang dapat diberikan untuk kedepannya dalam rangka peringatan kebangkitan
nasional yakni diharapkan setiap indivudu dari kita hendaknya tidaklah
melupakan pelajaran-pelajaran yang telah diberikan disekolah mengenai sejarah,
jangan melupakan sejarah bangsa maupun sejarah dunia. Karena dengan sejarah
itulah dapat menjadikan suatu jejak tersendiri bagi langkah kita kedepannya.
Pada hakikatnya suatu
kebangkitan nasional adalah jalan utuk membuka wawasan kita dalam meneruskan
perjuangan bangsa ini kearah yang lebih maju. Jejak langkah yang diberikan
sejarahwan terdahulu sebagai founding father dapat memberikan titik terang
kepada kita dalam menguasai serta memahami proses dari sejarah yang sebenarnya.
Serta bagaimana kita mencoba menggali nilai-nilai yang positif yang terjadi
dalam era globalisasi dimana persaingan dunia yang semakin bebas dan
meneruskannya menjadi suatu sejarah yang akan dikenang oleh anak cucu kita.
0 comments:
Post a Comment